Jumat, 24 Juli 2020

Asphalt Mixing Plant (AMP) dan Aggregate Processing Plant (APP)

Asphalt Mixing Plant (AMP) dan Aggregate Processing Plant (APP)



I. Asphalt Mixing Plant (AMP)
Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu
AMP dapat terletak di lokasi yang permanen atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Apabila ditinjau dari jenis cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, ada beberapai jenis AMP, yaitu:

a) AMP jenis takaran (batch plant)
b) AMP jenis drum pencampur (drum mix)
c) AMP jenis menerus (continuous plant)
Namun secara umum kebanyakan AMP dikategorikan atas jenis takaran (timbangan) atau jenis drum pencampur.

Perbedaan utama dari AMP jenis timbangan dan jenis drum adalah dalam hal kelengkapan dan proses bekerjanya. Pada AMP jenis timbangan komposisi bahan dalam campuran beraspal ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan sedangkan pada AMP jenis pencampur drum komposisi bahan dalam campuran ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan yang diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran berat per satuan waktu.
Terlepas dari perbedaan jenis dari AMP, tujuan dasarnya adalah sama. Yaitu untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang mengandung bahan pengikat dan agregat yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi.


Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran dimulai dengan penimbangan agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan Rencana Campuran Kerja (RCK) dan dicampur pada pencampur(mixer/pugmill) dalam waktu tertentu. Pengaturan besarnya bukaan pintu bin dingin dilakukan untuk menyesuaikan gradasi agregat dengan rencana komposisi campuran, sehingga aliran material ke masing - masing bin pada bin panas menjadi lancar dan berimbang.

Pada AMP jenis pencampur drum, agregat panas langsung dicampur dengan aspal panas di dalam drum pemanas atau di dalam silo pencampur di luar drum pemanas. Penggabungan agregat dilakukan dengan cara mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan pemberian aspal ditentukan berdasarkan kecepatan pengaliran dari pompa aspal.

Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP tersebut adalah; AMP jenis takaran dilengkapi saringan panas (hot screen), bin panas (hot bin), timbangan (weight hopper) dan pencampur (pugmill/mixer) sedangkan pada AMP jenis pencampur drum kelengkapan tersebut tidak tersedia. Tentunya kedua jenis AMP tersebut juga mempunyai persamaan yaitu sama-sama dilengkapi bin dingin, pengontrol dan pengumpul debu serta pencampur.



A. FUNGSI PERALATAN 
Peralatan produksi campuran beraspal panas atau Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah seperangkat peralatan yang mempunyai fungsi untuk memproduksi bahan pelapisan permukaan jalan lentur yaitu campuran beraspal panas.
Gambar Peralatan Produksi Bahan Jalan AMP

B. JENIS PERALATAN AMP
Peralatan produksi campuran beraspal panas (AMP) ada 2 (dua) tipe yaitu : 
  • Tipe takaran atau tipe Batch 
  • Tipe drum/menerus atau tipe continues 
Pada tipe Batch, pencampuran bahan-bahannya terjadi tiap kali membuat Batch atau campuran dan dilaksanakan didalam komponen mixer atau pugmill. Sedang pada tipe drum (menerus), maka proses pencampurannya terjadi terus menerus dan dilaksanakan didalam drum dryer atau didalam pugmill. Pada proses pencampuran didalam drum dryer biasa di sebut tipe drum mix.

C. KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA AMP. 
Komponen –komponen Asphalt Mixing Plant untuk tipe Batch agak berbeda dengan tipe Drum/menerus. Namun produksi yang berupa campuran beraspal (hotmix) akan sama dan sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan, hanya proses kerja kedua tipe tersebut berbeda. Dibawah ini menjelaskan komponen-komponen tiap alat produksi campuran aspal. 

Gambar Tipikal tata letak AMP jenis takaran dan pencampur drum

a. Komponen Asphalt Mixing Plant tipe Batch. 

Gambar AMP Tipe takaran atau tipe Batch. 

Bagian atau komponen Peralatan Produksi AMP tipe Batch adalah sebagai berikut : 
1. Bin dingin (Cold bin)
2. Pintu Bin dingin
3. Elevator dingin (Cold Elevator)
4. Pengering.
5. Pengumpul debu
6. Cerobong asap
7. Elevator panas (Hot elevator)
8. Unit ayakan
9. Bin panas (Hot Bin)
10. Bak penimbang/alat-alat timbangan (dial)
11. Bak Pencampur (Mixer atau Pugmill)
12. Penampung filler
13. Tangki oli pemanas aspal
14. Timbangan aspal
15. Pembangkit tenaga (Gen Set)
b. Komponen Asphalt Mixing Plant tipe Drum Mix
Gambar  AMP Tipe menerus atau tipe continues Drum Mix

Gambar AMP jenis pencampur drum (drum mix)

Bagian atau komponen Peralatan Produksi AMP tipe Drum/menerus adalah sebagai berikut :
1. Bin Pendingin (Cold Bin) Fungsi dari bin pendingin adalah untuk menampung agregat melalui pembukaan dan penutupan pintu pengeluaran agregat yang diatur sedemikian rupa agar jumlah agregat tiap fraksi harus sesuai dengan spesifikasi job fix formula yang sudah direncanakan. Cold bin ini harus dijaga agar tidak terjadi penyumbatan dan harus selalu dikalibrasi.
Gambar Cold Bin
2. Ban Berjalan (Belt Conveyor), terdiri dari :
  • Conveyor penampung 
  • Conveyor pengumpul 
  • Conveyot pengantar. 
Fungsi dari ban berjalan ini adalah untuk mentransportasi fraksi agregat dari bin pendingin yang berjalan berputar. Pada tahap pertama masing-masing fraksi agregat dari masing-masing bin ditampung pada ban berjalan atau belt masing-masing yang diputar oleh tenaga motor listrik. Dari masing-masing belt tersebut agregat dingin ditampung pada belt pengumpul atau collecting belt conveyor, dan selanjutnya agregat yang sudah tercampur pada collecting conveyor tersebut diteruskan untuk dimasukkan ke dalam dryer melalui elevating conveyor atau feeder conveyor. 
Untuk lebih meningkatkan ketelitian pengukuran jumlah agregat dingin (dari tiap fraksi) yang ditimbang dengan berat (bukan volume), maka pada pengeluaran agregat dingin dari binnya ditempatkan sensor, dan pengukur berat agregat ditempatkan pada ban berjalan dari tiap fraksi agregat.  
Perubahan timbangan berat agregat yang keluar akan terdeteksi oleh sensor tersebut dan diteruskan ke pengatur otomatis kecepatan putaran motor listrik penggerak ban berjalan agregat dingin. Perlengkapan peralatan ini biasanya dipasang pada AMP tipe continuous jenis Drum Mix dengan pengontrolan otomatis.
3. Drum Pengering, sekaligus sebagai drum pencampur (mixer), dilengkapi dengan penyembur api/burner.  
4. Conveyor pengantar atau bucket elevator campuran beraspal panas.  
5. Silo penampung/pemasok campuran beraspal panas  
6. Pemasok bahan pengisi/filler  
7. Tangki persediaan aspal dan pompa aspal  
8. Elevator panas/hot elevator  
9. Penampung/pengumpul debu/dust collector.  
10.Tangki bahan bakar  
11.Pembangkit tenaga (Gen Set)  
12.Pengontrol operasi 
D. URAIAN PROSES PRODUKSI AMP
Uraian proses produksi aspal sebagai bahan perkerasan konstruksi pada unit asphatl mixing plant secara ringkas dan keseluruhan dari mulai kelengkapan bahan baku, proses produksi sampai bahan jadi selama melakukan kerja praktek di PT. Xxx. Bagan alur proses produksi aspal beton dapat dilihat pada gambar berikut.


Gambar Bagan Alur Proses Produksi Aspal Beton.

1. Persiapan Bahan Baku
Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-batuan pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah lainya, kemudian batu–batuan tersebut diproses melalui mesin perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai dengan yang di inginkan. dalam perkerjaan kosntruksi menurut standar SNI (Satandar Nasional Indonesia) tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2, ¾ inch, dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan sebagian di simpan pada bin-bin penampung bahan baku untuk pembuatan aspal beton pada unit AMP (Aspal Mixing Plant). Bahan baku batu pecah/agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.



2. Bahan Baku Aspal
Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu dengan yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu, kuat, keras dan tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi. diimpor dari berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri. Aspal emulsi dapat dilihat pada Gambar dibawah.


Gambar Aspal Emulsi

3. Filler.
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan aspal yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton yang disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya. Batu kapur (limestone dust) sebagai filler bahan pengisi pori-pori pada aspal dapat dilihat pada Gambar berikut: 


Gambar Filler

4. Bin dingin
Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam memproduksi campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal Mixing Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3 sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan rencana campuran kerja (RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah antara bin. Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-masing bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat. Bin dingin (cool bin) yang digunakan dapat dilihat pada Gambar berikut 


Gambar Bin Dingin (cool bin)

5. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer
Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unit stone crusher yang kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai dengan ukuran masing-masing selanjutnya disuplai atau diangkut menuju dryer dengan menggunakan belkonveyor untuk dikeringkan dengan unit dryer tujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar air harus seminim mungkin karena kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di dalam kilen yang berputar dengan suhu ±1500 C proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar solar lama pembakaran ini belangsung selama ± 45 detik dengan kapasitas ± 80 ton/jam.
Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar diperoleh campuran beraspal yang memenuhi syarat, yaitu antara lain:
  • Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan. Perubahan kuantitas agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari pengaturan bukaan bin dingin dapat menyebabkan pemanasan berlebih (jumlah agregat yang masuk berkurang sementara panas pembakar tetap).
  • Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap yang keluar dari cerobong asap adalah putih dan nyala api pembakaran berwarna biru. Warna asap yang hitam menandakan pembakaran tidak sempurna. Contoh dari akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah, pada saat pengambilan agregat dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam terselimuti jelaga. Akibat dari hal tersebut aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan juga tidak dapat melekat dengan baik ke agregat.
  • Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu dilakukan pemeriksaan kadar air secara cepat; diambil contoh secukupnya, kemudian dilewatkan pada cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Diamati jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula. Agregat yang masih mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal ke agregat, sehingga campuran beraspal berprilaku seolah-olah kelebihan aspal. Unit dryer yang ada pada PT. Xxxx dapat dilihat pada Gambar berikut:
Gambar Unit Dryer

6. Pengumpul Debu (dust collector).
Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara di lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas buang yang keluar dari sistem pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi AMP (Aspal Mixing Plant). Pada PT. Bahtera Karang Raya yang digunakan adalah sistem pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector), debu yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga partikel berat akan terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel berat tersebut kemudian dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung terlihat jelaga yang mengambang dengan jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi pembakaran yang tidak sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan maka dilakukan koreksi atau perbaikan pada pengering (dryer). Gamabr Pengumpul debu (dust collector) dapat dilihat pada Gambar berikut.


Gambar Pengumpul Debu (dust collector)

7. Proses Pemisahan Agregat Pada Hot Screen.
Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer selanjutnnya di bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan pemisahan pada hot screen, peroses pemisahan agregat ini adalah dengan cara gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang sedikit miring agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya masing-masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin guna untuk menampung sementara agregat yang akan masuk pada timbangan.
Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran yang berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran butir agregat maksimum 19 mm adalah :
  • Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya lebih besar (oversize) dibuang ke saluran pembuangan.
  • Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19 mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1.
  • Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5 sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.
  • Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75 sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin 4. Alat hot screen dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar Hot Screen

8. Bin panas (hot binn)
Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran (batch). Pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran pipa untuk membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara manual atau otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 2000.

9. Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah masing-masing agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses penimbanga dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/ tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.
Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut :
1. Kalibrasi timbangan.
2. Weigh box tergantung bebas.
3. Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).
Timbangan agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.


Gambar Timbangan

10. Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.
Dalam proses pencampuran aspal ini penulis menjelaskannya secara terperinci pada BAB 4 sebagai tugas khusus yang berkaitan dengan proses pemanasan aspal dan pencampurannya pada mixer

11. Proses Akhir Mixer.
Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah dipanaskan dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual.

Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat panas, aspal, dan filler dengan suhu ± 1500C cara pengadukan dilakukan dengan memutar poros pengaduk dengan menggunakan motor listrik lama pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800 kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin dicampurkan maka akan dituang langsung ke dalam truk pengankut dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah mixer dengan control hidrolik. 

Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu ± 1500C dan setiap jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50C. Alat mixer dapat dililat pada Gambar berikut


Gambar Mixer

12. Tenaga penggerak (genset).
Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP sumber tenaga utamanya adalah generator set atau genset. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel. Kekuatan atau kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA (Kilo Volt Ampere) cukup untuk melayani kebutuhan motor-motor listrik yang dipakai serta peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran listrik harus tertutup untuk mencegah arus pendek serta untuk keamanan lingkungan. Genset yang dipergunakan pada unit Asphalt Mixing Plant dapat dilihat pada Gambar berikut:


Gambar Genset 

Gambar Proses produksi bahan jalan hotmix


Video Proses Asphalt Mixing Plant (AMP)

II. Aggregate Processing Plant (APP)
Aggregate processing plant adalah suatu bahan produksi yang di produksi oleh pabrik untuk sebagai bahan yang di butuhkan dalam pengerjaan proyek seperti agregat. Dalam kasus ini akan diproduksi batu kasar hingga batu halus untuk bahan pembuatan jalan. Dengan plant ini dapat diproses sesuai dengan jumlah yang akan kita butuhkan.

Proses pembuatannya menyerupai conveyor dengan mengalirkan batu yang akan diproses, kemudian akan dipecah kesetiap bagian masing-masing (batu halus, batu sedang, dan batu kasar). Jalur produksi dibagi menjadi 3 bagian tersebut. Dalam pengerjaan tersebut batu akan dipecah dengan blade yang ada di mesin. Blade tersebut ukuran dan ketajamannya disesuaikan dengan ukuran yang akan diproduksi.

Jenis-Jenis Agregat

Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya berupa hasil alam atau buatan (Departemen Pekerjaan Umum – Direktorat Jendral Bina Marga. 2010). 

Proporsi agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi (filler) didasarkan kepada spesifikasi dan gradasi yang tersedia. Jumlah agregat di dalam campuran aspal biasanya 90 sampai 95 persen, atau 75 sampai 85 persen dari volume. 

Berdasarkan ukuran butirannya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi (filler). Dengan pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi syarat akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan jalan.

1. Agregat Kasar 
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36 mm). Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih, kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material asing lainnya serat mempunyai tekstur permukaan yang kasar dan tidak bulat agar dapat memberikan sifat interlocking yang baik dengan material yang lain. 

Fungsi agregat kasar adalah sebagai berikut : 
a) Memberikan stabilitas campuran dengan kondisi saling mengunci masing-masing agregat kasar, tahanan gesek terhadap suatu aksi perpindahan.
b) Stabilitas ditentukan oleh bentuk dan tekstur permukaan agregaat kasar. 
Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Ketentuan agregat kasar
Sumber : Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborong) Untuk Kontrak Harga Satuan, Bab VII Spesifikasi Umum APBN TA 2011, Divisi 6 Perkerasan Aspal.

2. Agregat Halus
Agregat halus adalah material yang lolos saringan no.8 (2,36 mm) dan tertahan saringan no. 200 (0,075 mm). 
Fungsi agregat halus adalah sebagai berikut:  
a) Menambah stabilitas dari campuran dengan memperkokoh sifat saling mengunci dari agregat kasar dan juga untuk mengurangi rongga udara agregat kasar.
b) Semakin kasar tekstur permukaan agregat halus akan menambah stabilitas campuran dan menambah kekasaran permukaan.
c) Agregat halus pada #8 sampai #30 penting dalam memberikan kekasaran yang baik untuk kendaraan pada permukaan aspal.
d) Agregat halus pada #30 sampai #200 penting untuk menaikkan kadar aspal, akibatnya campuran akan lebih awet.
e) Keseimbangan proporsi penggunaan agregat kasar dan halus penting untuk memperoleh permukaan yang tidak licin dengan jumlah kadar aspal yang diinginkan. 
Agregat halus pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Tabel 4. 

Tabel 4. Ketentuan agregat halus
Sumber : Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborong) Untuk Kontrak Harga Satuan, Bab VII Spesifikasi Umum APBN TA 2011, Divisi 6 Perkerasan Aspal.

3. Bahan Pengisi (Filler) Fungsinya adalah sebagai pengisi rongga udara pada material sehingga memperkaku lapisan aspal. 
Apabila campuran agregat kasar dan halus masih belum masuk dalam spesifikasi yang telah ditentukan, maka pada campuran Laston perlu ditambah dengan filler. Sebagai filler dapat digunakan debu batu kapur, debu dolomite atau semen Portland. 
Filler yang baik adalah yang tidak tercampur dengan kotoran atau bahan lain yang tidak dikehendaki dan dalam keadaan kering (kadar air maks 1%). Filler yang digunakan pada penelitian ini adalah semen Portland tipe 1 yang umum digunakan dalam berbagai pekerjaan kontruksi. 

Fungsi filler dalam campuran adalah: 
a) Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang.
b) Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang akan membalut dan mengikat agregat halus untuk membentuk mortar.
c) Mengisi ruang antara agregat halus dan kasar serta meningkatkan kepadatan dan kestabilan.
Peralatan yang digunakan:
1. Mixer (baik tilt drum atau horizontal)
2. Cement batcher
3. Agregat batcher
4. Conveyor
5. Radial stackers
6. Aggregate bins
7. Cement bins
8. Heaters, Pemanas
9. Chillers, Pendingin
10. Cement silos
11. Batch plant controls
12. Dust collectors
Inti dari Batching Plant Beton adalah mixer, dan ada banyak jenis mixer dan peralatan seperti:
  • Twin Saft Mixer adalah mesin pengaduk yang dapat memastikan campuran beton dengan stabil karena mempunyai penggunaan motor tenaga kuda yang tinggi. Tipe ini lebih umum digunakan hampir setiap batching plant di Eropa.
  • Mixer tilt adalah mesin pengaduk yang menawarkan campuran adukan yang konsisten dengan tenaga kerja dan biaya perawatan yang jauh lebih sedikit. Di Amerika Utara, tipe mixer ini mendominasi setiap batching plant disana.
  • Mixer Pan atau Planetary alat pengaduk yang lebih sering digunakan untuk Wet Mix Plant.
  • Cement Silo berfungsi untuk tempat penyimpanan semen dan menjaga dari penyusutan kualitasnya. Biasanya 1 atau 2 kompartemen, namun kadang-kadang sampai 4 kompartemen dalam satu silo.
  • Conveyor biasanya antara lebar 24-48 inci dan membawa agregat dari gerbong tanah (bin) ke penyimpanan agregat (storage bin), dan juga dari batch agregat ke saluran muatan dan mesin pengaduk.
  • Agregat bins memiliki 2 sampai 6 kompartemen untuk penyimpanan berbagai ukuran pasir dan agregat (batuan, kerikil, dll).
Video Proses Aggregate Processing Plant (APP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar