Jumat, 31 Juli 2020

penjelasan detail tentang K3 dan tentang dokumen lingkungan pekerjaan jalan

PENJELASAN DETAIL TENTANG K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan
URAIAN TENTANG DOKUMEN LINGKUNGAN PEKERJAAN JALAN



I. PENJELASAN TENTANG K3


1. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja K3

K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan APD, perawatan mesin dan pengaturan jam kerja yang manusiawi.

Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan, pencegahan Penyakit Akibat Kerja meliputi pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemberian makan dan minum bergizi. Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan dan aplikasinya dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian manusia dan pekerjaannya, pencegahan kelelahan guna tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik. Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan PAK yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktifitas kerja.

Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja meliputi beberapa hal sebagai berikut :
  • HAZARD (Sumber Bahaya), Suatu keadaan yang memungkinkan / dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada
  • DANGER (Tingkat Bahaya), Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan prventif.
  • RISK, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu
  • INCIDENT, Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas badan/struktur
  • ACCIDENT, Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau kerugian (manusia/benda)
Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :
  • Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja
  • Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja
  • Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Sasaran dari K3 adalah :
  • Menjamin keselamatan operator dan orang lain
  • Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan
  • menjamin proses produksi aman dan lancar
Tapi dalam pelaksaannya banyak ditemui habatan dalam penerapan K3 dalam dunia pekerja, hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu :
  • Dari sisi masyarakat pekerja
  • Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan kesehatan/kesejahtraan)
  • K3 belum menjadi tuntutan pekerja
  • Dari sisi pengusaha
Pengusaha lebih menekankan penghematan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. dan K3 dipandang sebagai beban dalam hal biaya operasional tambahan.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan –gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien (Kepmenaker Nomor 463/MEN/1993). Pengertian lain menurut OHSAS 18001:2007, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja.

Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 pasal 87, bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Berikut ini beberapa pengertian dan definisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Flippo (1995), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik), penentuan kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat kerja dan pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.
  • Menurut Widodo (2015), kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
  • Menurut Mathis dan Jackson (2006), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja. 
  • Menurut Ardana (2012), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. 
  • Menurut Dainur (1993), keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga kerja dengan peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut. 
  • Menurut Hadiningrum (2003), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah pengawasan terhadap orang, mesin, material, dan metode yang mencakup lingkungan kerja agar pekerja tidak mengalami cidera.
Program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilaksanakan karena tiga faktor penting sebagai berikut (Moekijat, 2004):
  1. Berdasarkan perikemanusiaan. Pertama-tama para manajer akan mengadakan pencegahan kecelakaan kerja atas dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit dari pekerjaan yang diderita luka serta keluarga.
  2. Berdasarkan Undang-Undang. Ada juga alasan mengadakan program keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan Undang-Undang federal, Undang-Undang Negara Bagian dan Undang-Undang kota tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan sebagian mereka melanggarnya akan dijatuhi hukuman denda.
  3. Berdasarkan Ekonomi. Alasan ekonomi untuk sadar keselamatan kerja karena biaya kecelakaan dampaknya sangat besar bagi perusahaan.
  4. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang berkaitan dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan pada sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Menurut Suma’mur (1992), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut:
  1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
  2. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.
  3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah:
  1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
  2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
  3. Agar semua hasil produksi di pelihara keamanannya.
  4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
  5. Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
  6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atas kondisi kerja.
  7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
  8. Aspek, Faktor dan Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Aspek-aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang harus diperhatikan oleh perusahaan antara lain adalah sebagai berikut (Anoraga, 2005):
  • Lingkungan kerjaLingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau karyawan dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan situasinya.
  • Alat kerja dan bahanAlat kerja dan bahan merupakan suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang, alat-alat kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan proses produksi dan di samping itu adalah bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.
  • Cara melakukan pekerjaanSetiap bagian-bagian produksi memiliki cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktivitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sebagai berikut (Budiono dkk, 2003):
  1. Beban kerja. Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan.
  2. Kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.
  3. Lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun psikososial.Prinsip-prinsip yang harus dijalankan perusahaan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut (Sutrisno dan Ruswandi, 2007):
  • Adanya APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.
  • Adanya buku petunjuk penggunaan alat dan atau isyarat bahaya.
  • Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab.
  • Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK (syarat-syarat lingkungan kerja) antara lain tempat kerja steril dari debu,kotoran, asap rokok, uap gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan, tempat kerja aman dari arus listrik, lampu penerangan cukup memadai, ventilasi dan sirkulasi udara seimbang, adanya aturan kerja atau aturan keprilakuan.
  • Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja.
  • Adanya sarana dan prasarana yang lengkap ditempat kerja.
  • Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi hal yang sangat penting bagi karyawan. Baik pekerja yang berada di lapangan maupun yang di office.

Meskipun, orang yang bekerja di lapangan biasanya memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding orang yang bekerja di bagian office.

Terlepas dari lokasi pekerjaan, keduanya adalah aset perusahaan yang harus dijaga dengan baik. Bukan hanya kesehatan kerja saja, namun juga keselamatan kerja karyawan.

Karena, apabila terjadi sesuatu yang buruk kepada karyawan, perusahaan sendirilah yang akan mengalami kerugian yang lebih besar

Karyawan yang bekerja di lapangan biasanya adalah pekerja proyek yang mengerjakan pembangunan jalan, jembatan, gedung, perumahaan dan fasilitas umum lainnya; tim kebencanaan yang terjun ke lokasi bencana gempa bumi, tsunami, banjir bandang, angin puting beliung, gunung meletus, dan bencana lainnya.

Pekerja lapangan harus menghadapi terik mentari setiap hari. Dan tentu saja bukan hanya itu, kematian pun bisa mengancam mereka kapan saja.

Misalkan, bagi tim pemadam kebakaran yang bertugas membantu korban- korban yang terjebak dalam lautan api, pemadam kebakaran pun harus mempertaruhkan nyawanya.

Pekerja yang tidak langsung turun ke lapangan pun memiliki risiko yang besar. Misalnya pekerja yang harus mengoperasikan mesin. Jika salah dalam pengoperasiannya, bisa-bisa terjadi kecelakaan kerja. Sehingga harus berhati-hati dalam melaksanakan tugas.

2. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah karyawan dari bahaya atau risiko kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja.

Keselamatan kerja berkaitan dengan lokasi kerja, mesin atau alat berat, bahan, proses, dan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan kerja karyawan yang dapat mengancam keselamatannya.

3. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah hal-hal yang berkaitan dengan psikis atau psikologi karyawan. Kesehatan fisik merupakan hal yang sangat penting, karena tubuh yang sehat para karyawan dapat bekerja dengan baik. Begitu pula dengan kesehatan mental yang akan membuat karyawan bekerja secara optimal.

Perusahaan bisa mengadakan aktivitas-aktivitas yang bisa meningkatkan stamina tubuh para karyawan. Misalnya perusahaan bisa mengadakan program olahraga bersama atau senam pada pagi hari.

Jadi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya yang dilakukan oleh perusahaan demi melindungi karyawan yang sedang bekerja dan menjaga kesehatan karyawan dengan baik. Hal tersebut dilakukan karena karyawan merupakan aset berharga bagi karyawan.

4. Tujuan Keselamatan Kerja

Berikut ini beberapa tujuan keselamatan kerja yang ada di perusahaan:

A. Pencegahan Risiko Bahaya

Tentu saja, ketika bekerja kita berharap semua berjalan dengan baik dan tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Namun kejadian kecelakaan itu sangat mungkin terjadi dalam dunia kerja.

Baik yang berada di office maupun di lapangan keselamatan kerja karyawan sangat penting. Perusahaan harus mengikuti prosedur keselamatan kerja yang benar demi mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Melindungi Karyawan

Karyawan merupakan aset berharga bagi perusahaan yang harus dilindungi dengan baik. Oleh karena itu, perusahaan pun membuat sistem keselamatan kerja yang baik untuk melindungi karyawan.
Efektivitas Organisasi

Ketika karyawan bisa terjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terjamin maka perusahaan pun akan mudah meraih efektivitas organisasi karena karyawan bekerja dengan baik dan optimal.
Syarat-syarat Keselamatan Kerja


Berdasarkan undang-undang No 1 Tahun 1970 Pasal 3, syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam keselamatan kerja, yaitu:
  1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
  2. Mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran
  3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
  4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
  5. Kebakaran atau kejadiankejadian lain yang berbahaya
  6. Memberi pertolongan pada kecelakaan
  7. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja
  8. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran
  9. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan
  10. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
  11. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik
  12. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
  13. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
  14. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya
  15. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang
  16. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
  17. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang
  18. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
  19. Menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
B. Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri merupakan hal yang harus dimiliki oleh pekerja lapangan. Berikut ini barang- barang yang merupakan bagian dari alat pelindung diri:
a. Helm Pelindung
Helm pelindung berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda yang berbahaya saat mengerjakan proyek atau pekerjaan yang ada di lapangan.

Meski sudah menggunakan helm pelindung, bekerja juga tetap hati-hati atau waspada terhadap benda-benda yangmungkin bisa menimpanya.
b. Rompi Pengaman
Rompi pengaman akan melindungi tubuh bagian depan dan belakang dari suhu panas, percikap bahan kimia, atau pun terluka saat bekerja.
c. Masker
Masker akan melindungi pekerja dari udara yang tidak sehat atau tercemar dari lingkungan kerja. Misal kamu bekerja di lingkungan yang terdapat banyak limbah kimia atau pasir.
d. Sarung Tangan
Sarung tangan akan melindungi tanganmu dari luka ketika mengoperasikan mesin atau alat berat milik perusahaan.
e. Pelindung Telinga
Suara alat-alat yang bising dapat mengganggu fungsi telinga. Sehingga kamu harus menggunakan pelindung telinga saat bekerja di lapangan.
f. Kacamata Pelindung
Kacamata pelindung dapat melindungi matamu dari radiasi sinar matahari dan juga debu yang bertebaran saat kamu bekerja di lapangan.

II. URAIAN TENTANG DOKUMEN LINGKUNGAN PEKERJAAN JALAN

Izin Lingkungan adalah: Izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan (Pasal 1 angka 35 UU No. 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau Amdal adalah: Kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau UKL-UPL adalah Pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak berdampak penting Terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

Usaha atau kegiatan dilihat dari perspektif lingkungan hidup terbagi tiga tingkatan:
  • Usaha atau kegiatan Wajib AMDAL;
  • Usaha atau kegiatan Wajib UKL UPL;
  • Usaha atau kegiatan Wajib SPPL.
URAIAN DETAIL TENTANG DOKUMEN LINGKUNGAN PEKERJAAN JALAN DAPAT DILIHAT PADA FILE DI BAWAH INI











Sumber:
https://medium.com/@farizakbar982/pengertian-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3-e15902b24761
https://www.kajianpustaka.com/2017/12/pengertian-tujuan-dan-prinsip-keselamatan-kesehatan-kerja-k3.html
https://www.jojonomic.com/blog/keselamatan-dan-kesehatan-kerja/
http://blogmhariyanto.blogspot.com/2015/11/izin-lingkungan.html
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/e010d_PENYUSUNAN_DOKUMEN_AMDAL.pdf
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/a64ba_PENYUSUNAN_UKL_-_UPL_DAN_SPPL.pdf

Jumat, 24 Juli 2020

Asphalt Mixing Plant (AMP) dan Aggregate Processing Plant (APP)

Asphalt Mixing Plant (AMP) dan Aggregate Processing Plant (APP)



I. Asphalt Mixing Plant (AMP)
Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan, dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu
AMP dapat terletak di lokasi yang permanen atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Apabila ditinjau dari jenis cara memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, ada beberapai jenis AMP, yaitu:

a) AMP jenis takaran (batch plant)
b) AMP jenis drum pencampur (drum mix)
c) AMP jenis menerus (continuous plant)
Namun secara umum kebanyakan AMP dikategorikan atas jenis takaran (timbangan) atau jenis drum pencampur.

Perbedaan utama dari AMP jenis timbangan dan jenis drum adalah dalam hal kelengkapan dan proses bekerjanya. Pada AMP jenis timbangan komposisi bahan dalam campuran beraspal ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan sedangkan pada AMP jenis pencampur drum komposisi bahan dalam campuran ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan yang diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran berat per satuan waktu.
Terlepas dari perbedaan jenis dari AMP, tujuan dasarnya adalah sama. Yaitu untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang mengandung bahan pengikat dan agregat yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi.


Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran dimulai dengan penimbangan agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan Rencana Campuran Kerja (RCK) dan dicampur pada pencampur(mixer/pugmill) dalam waktu tertentu. Pengaturan besarnya bukaan pintu bin dingin dilakukan untuk menyesuaikan gradasi agregat dengan rencana komposisi campuran, sehingga aliran material ke masing - masing bin pada bin panas menjadi lancar dan berimbang.

Pada AMP jenis pencampur drum, agregat panas langsung dicampur dengan aspal panas di dalam drum pemanas atau di dalam silo pencampur di luar drum pemanas. Penggabungan agregat dilakukan dengan cara mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan pemberian aspal ditentukan berdasarkan kecepatan pengaliran dari pompa aspal.

Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP tersebut adalah; AMP jenis takaran dilengkapi saringan panas (hot screen), bin panas (hot bin), timbangan (weight hopper) dan pencampur (pugmill/mixer) sedangkan pada AMP jenis pencampur drum kelengkapan tersebut tidak tersedia. Tentunya kedua jenis AMP tersebut juga mempunyai persamaan yaitu sama-sama dilengkapi bin dingin, pengontrol dan pengumpul debu serta pencampur.



A. FUNGSI PERALATAN 
Peralatan produksi campuran beraspal panas atau Asphalt Mixing Plant (AMP) adalah seperangkat peralatan yang mempunyai fungsi untuk memproduksi bahan pelapisan permukaan jalan lentur yaitu campuran beraspal panas.
Gambar Peralatan Produksi Bahan Jalan AMP

B. JENIS PERALATAN AMP
Peralatan produksi campuran beraspal panas (AMP) ada 2 (dua) tipe yaitu : 
  • Tipe takaran atau tipe Batch 
  • Tipe drum/menerus atau tipe continues 
Pada tipe Batch, pencampuran bahan-bahannya terjadi tiap kali membuat Batch atau campuran dan dilaksanakan didalam komponen mixer atau pugmill. Sedang pada tipe drum (menerus), maka proses pencampurannya terjadi terus menerus dan dilaksanakan didalam drum dryer atau didalam pugmill. Pada proses pencampuran didalam drum dryer biasa di sebut tipe drum mix.

C. KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA AMP. 
Komponen –komponen Asphalt Mixing Plant untuk tipe Batch agak berbeda dengan tipe Drum/menerus. Namun produksi yang berupa campuran beraspal (hotmix) akan sama dan sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan, hanya proses kerja kedua tipe tersebut berbeda. Dibawah ini menjelaskan komponen-komponen tiap alat produksi campuran aspal. 

Gambar Tipikal tata letak AMP jenis takaran dan pencampur drum

a. Komponen Asphalt Mixing Plant tipe Batch. 

Gambar AMP Tipe takaran atau tipe Batch. 

Bagian atau komponen Peralatan Produksi AMP tipe Batch adalah sebagai berikut : 
1. Bin dingin (Cold bin)
2. Pintu Bin dingin
3. Elevator dingin (Cold Elevator)
4. Pengering.
5. Pengumpul debu
6. Cerobong asap
7. Elevator panas (Hot elevator)
8. Unit ayakan
9. Bin panas (Hot Bin)
10. Bak penimbang/alat-alat timbangan (dial)
11. Bak Pencampur (Mixer atau Pugmill)
12. Penampung filler
13. Tangki oli pemanas aspal
14. Timbangan aspal
15. Pembangkit tenaga (Gen Set)
b. Komponen Asphalt Mixing Plant tipe Drum Mix
Gambar  AMP Tipe menerus atau tipe continues Drum Mix

Gambar AMP jenis pencampur drum (drum mix)

Bagian atau komponen Peralatan Produksi AMP tipe Drum/menerus adalah sebagai berikut :
1. Bin Pendingin (Cold Bin) Fungsi dari bin pendingin adalah untuk menampung agregat melalui pembukaan dan penutupan pintu pengeluaran agregat yang diatur sedemikian rupa agar jumlah agregat tiap fraksi harus sesuai dengan spesifikasi job fix formula yang sudah direncanakan. Cold bin ini harus dijaga agar tidak terjadi penyumbatan dan harus selalu dikalibrasi.
Gambar Cold Bin
2. Ban Berjalan (Belt Conveyor), terdiri dari :
  • Conveyor penampung 
  • Conveyor pengumpul 
  • Conveyot pengantar. 
Fungsi dari ban berjalan ini adalah untuk mentransportasi fraksi agregat dari bin pendingin yang berjalan berputar. Pada tahap pertama masing-masing fraksi agregat dari masing-masing bin ditampung pada ban berjalan atau belt masing-masing yang diputar oleh tenaga motor listrik. Dari masing-masing belt tersebut agregat dingin ditampung pada belt pengumpul atau collecting belt conveyor, dan selanjutnya agregat yang sudah tercampur pada collecting conveyor tersebut diteruskan untuk dimasukkan ke dalam dryer melalui elevating conveyor atau feeder conveyor. 
Untuk lebih meningkatkan ketelitian pengukuran jumlah agregat dingin (dari tiap fraksi) yang ditimbang dengan berat (bukan volume), maka pada pengeluaran agregat dingin dari binnya ditempatkan sensor, dan pengukur berat agregat ditempatkan pada ban berjalan dari tiap fraksi agregat.  
Perubahan timbangan berat agregat yang keluar akan terdeteksi oleh sensor tersebut dan diteruskan ke pengatur otomatis kecepatan putaran motor listrik penggerak ban berjalan agregat dingin. Perlengkapan peralatan ini biasanya dipasang pada AMP tipe continuous jenis Drum Mix dengan pengontrolan otomatis.
3. Drum Pengering, sekaligus sebagai drum pencampur (mixer), dilengkapi dengan penyembur api/burner.  
4. Conveyor pengantar atau bucket elevator campuran beraspal panas.  
5. Silo penampung/pemasok campuran beraspal panas  
6. Pemasok bahan pengisi/filler  
7. Tangki persediaan aspal dan pompa aspal  
8. Elevator panas/hot elevator  
9. Penampung/pengumpul debu/dust collector.  
10.Tangki bahan bakar  
11.Pembangkit tenaga (Gen Set)  
12.Pengontrol operasi 
D. URAIAN PROSES PRODUKSI AMP
Uraian proses produksi aspal sebagai bahan perkerasan konstruksi pada unit asphatl mixing plant secara ringkas dan keseluruhan dari mulai kelengkapan bahan baku, proses produksi sampai bahan jadi selama melakukan kerja praktek di PT. Xxx. Bagan alur proses produksi aspal beton dapat dilihat pada gambar berikut.


Gambar Bagan Alur Proses Produksi Aspal Beton.

1. Persiapan Bahan Baku
Bahan Baku Batu Pecah/Agregat. Agregat adalah bahan utama yang digunakan untuk lapisan permukaan perkerasan jalan atau beton, agregat ini diperoleh dari hasil penambangan batu-batuan pada sungai-sungai yang ada di Aceh Tamiang dan daerah lainya, kemudian batu–batuan tersebut diproses melalui mesin perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan beberap jenis agregat sesuai dengan yang di inginkan. dalam perkerjaan kosntruksi menurut standar SNI (Satandar Nasional Indonesia) tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan ukuran 1, 1/2, ¾ inch, dan abu batu pada umumnya, yang selanjunya disimpan di gudang untuk dijadikan stock dan sebagian di simpan pada bin-bin penampung bahan baku untuk pembuatan aspal beton pada unit AMP (Aspal Mixing Plant). Bahan baku batu pecah/agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.



2. Bahan Baku Aspal
Aspal ialah bahan baku yang digunakan untuk mengikat antara agregat yang satu dengan yang lainya atau juga sebagai katalis agar agregat dapat menjadi satu padu, kuat, keras dan tahan terhadap perubahan cuaca. Jenis aspal yang digunakan ialah aspal emulsi yang diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi. diimpor dari berbagai produsen yang ada di dalam maupun luar negeri. Aspal emulsi dapat dilihat pada Gambar dibawah.


Gambar Aspal Emulsi

3. Filler.
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan aspal yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal beton yang disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-1968-1990 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya. Batu kapur (limestone dust) sebagai filler bahan pengisi pori-pori pada aspal dapat dilihat pada Gambar berikut: 


Gambar Filler

4. Bin dingin
Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam memproduksi campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal Mixing Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat kasar, agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3 sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan gradasi tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan rencana campuran kerja (RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah antara bin. Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut pemisah masing-masing bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-masing bin tidak boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat. Bin dingin (cool bin) yang digunakan dapat dilihat pada Gambar berikut 


Gambar Bin Dingin (cool bin)

5. Proses Pengeringan Agregat Pada Unit Dryer
Agregat yang diperoleh dari hasil penambangan dan telah diproses di unit stone crusher yang kemudian disimpan pada bin-bin dingin (Cool bin) yang sesuai dengan ukuran masing-masing selanjutnya disuplai atau diangkut menuju dryer dengan menggunakan belkonveyor untuk dikeringkan dengan unit dryer tujuannya untuk menghilangkan kadar air, kadar air harus seminim mungkin karena kalau tidak akan berpengaruh pada pencampuran aspal nantinya. Proses pengeringan pada dryer adalah dengan cara membakar agregat di dalam kilen yang berputar dengan suhu ±1500 C proses pembakaran dengan menggunakan bahan bakar solar lama pembakaran ini belangsung selama ± 45 detik dengan kapasitas ± 80 ton/jam.
Pada unit pengering (dryer) perlu diperhatikan beberapa faktor agar diperoleh campuran beraspal yang memenuhi syarat, yaitu antara lain:
  • Kalibrasi alat pengukur temperatur dan pemeriksaan temperatur pemanasan. Perubahan kuantitas agregat yang masuk ke unit pengering akibat dari pengaturan bukaan bin dingin dapat menyebabkan pemanasan berlebih (jumlah agregat yang masuk berkurang sementara panas pembakar tetap).
  • Pembakaran harus sempurna, hal ini dapat diindikasikan dari warna asap yang keluar dari cerobong asap adalah putih dan nyala api pembakaran berwarna biru. Warna asap yang hitam menandakan pembakaran tidak sempurna. Contoh dari akibat pembakaran yang tidak sempurna adalah, pada saat pengambilan agregat dari hot bin, agregat terlihat berwarna hitam terselimuti jelaga. Akibat dari hal tersebut aspal tidak dapat masuk ke pori-pori agregat dan juga tidak dapat melekat dengan baik ke agregat.
  • Kadar air pada agregat harus seminimum mungkin, oleh karena itu dilakukan pemeriksaan kadar air secara cepat; diambil contoh secukupnya, kemudian dilewatkan pada cermin yang kering, atau spatula diatas agregat tersebut. Diamati jumlah kadar air yang mengembun pada permukaan cermin atau spatula. Agregat yang masih mengandung kadar air akan menghalangi melekatnya aspal ke agregat, sehingga campuran beraspal berprilaku seolah-olah kelebihan aspal. Unit dryer yang ada pada PT. Xxxx dapat dilihat pada Gambar berikut:
Gambar Unit Dryer

6. Pengumpul Debu (dust collector).
Alat pengumpul debu (dust collector) harus berfungsi sebagai alat pengontrol polusi udara di lingkungan lokasi AMP (aspal mixing plant). Gas buang yang keluar dari sistem pengering ditambah dengan dorongan kipas pengeluar (exhaust fan) akan dialirkan ke pengumpul debu. Alat pengumpul debu yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar lokasi AMP (Aspal Mixing Plant). Pada PT. Bahtera Karang Raya yang digunakan adalah sistem pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector), debu yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga partikel berat akan terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel berat tersebut kemudian dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air penampung terlihat jelaga yang mengambang dengan jumlah yang cukup banyak, maka hal ini menunjukkan terjadi pembakaran yang tidak sempurna pada pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan maka dilakukan koreksi atau perbaikan pada pengering (dryer). Gamabr Pengumpul debu (dust collector) dapat dilihat pada Gambar berikut.


Gambar Pengumpul Debu (dust collector)

7. Proses Pemisahan Agregat Pada Hot Screen.
Agregat yang panas yang telah melalui proses pembakaran dari dryer selanjutnnya di bawa oleh hot elevator menuju ke atas tower untuk di lakukan pemisahan pada hot screen, peroses pemisahan agregat ini adalah dengan cara gravitasi agregat dijatuhkan pada ayakan/screen yang dirancang sedikit miring agar dapat mengayak atau memisahkan agregat sesuai dengan ukurannya masing-masing. Pada screen dilengkapi alat bantu yaitu vibrator yang berfungsi untuk menggetarkan ayakan agar terjadi ayakan yang optimal. Agregat yang telah disaring/dipisahkan berdasarkan ukurannya kemudian masuk pada unit hot bin guna untuk menampung sementara agregat yang akan masuk pada timbangan.
Pemasangan saringan pada unit ayakan panas harus tidak pada ukuran yang berdekatan. Contoh susunan ayakan untuk campuran beraspal dengan ukuran butir agregat maksimum 19 mm adalah :
  • Saringan pertama/teratas berukuran 19 mm, butir agregat yang ukurannya lebih besar (oversize) dibuang ke saluran pembuangan.
  • Saringan kedua berukuran 12,5 mm (1/2 inchi). Ukuran butir agregat antara 19 mm sampai 12,5 mm masuk ke bin 1.
  • Saringan ketiga berukuran 4,75 mm (No. 4). Ukuran butir agregat antara 9,5 sampai dengan 4,75 mm masuk ke bin 2.
  • Saringan keempat berukuran 2,36 mm (No. 8). Ukuran butir agregat antara 4,75 sampai dengan 2,36 mm masuk ke bin 3. Sementara agregat yang lolos saringan 2,36 mm masuk ke bin 4. Alat hot screen dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar Hot Screen

8. Bin panas (hot binn)
Bin panas (hot bin) dipasang pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran (batch). Pada AMP (aspal mixing plant) jenis takaran umumnya akan terdapat 4 bin yang dilengkapi dengan pembatas yang rapat dan kuat dan tidak boleh berlubang serta mempunyai tinggi yang tepat sehingga mampu menampung agregat panas dalam berbagai ukuran fraksi yang telah dipisah-pisahkan melalui unit ayakan panas. Pada bagian bawah dari tiap bin panas harus dipasang saluran pipa untuk membuang agregat yang berlebih dari tiap bin panas yang dapat dioperasikan secara manual atau otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (pengering kurang baik) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 2000.

9. Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah masing-masing agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses penimbanga dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/ tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.
Faktor-faktor penting pada unit timbangan agregat yang perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut :
1. Kalibrasi timbangan.
2. Weigh box tergantung bebas.
3. Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP (aspal mixing plant).
Timbangan agregat dapat dilihat pada Gambar berikut.


Gambar Timbangan

10. Proses Pemanasan Aspal Padat Pada Boiler Fire Tube.
Dalam proses pencampuran aspal ini penulis menjelaskannya secara terperinci pada BAB 4 sebagai tugas khusus yang berkaitan dengan proses pemanasan aspal dan pencampurannya pada mixer

11. Proses Akhir Mixer.
Mixer adalah alat untuk proses pencampuran dimana agregat yang telah dipanaskan dan telah melalui timbangan ditakar sesuai dengan komposisi yang diinginkan selanjutnya dituangkan kedalam mixer dengan membuka pintu bin panas menggunakan sistem hidrolik yang dikendalikan secara otomatis/manual.

Proses pencampuran pada mixer adalah proses pencampuran antara agregat panas, aspal, dan filler dengan suhu ± 1500C cara pengadukan dilakukan dengan memutar poros pengaduk dengan menggunakan motor listrik lama pengadukan antara 30-40 detik pengadukan dengan kapasitas 800 kg/ 30-40 detik setelah itu agregat yang telah sehomogen mungkin dicampurkan maka akan dituang langsung ke dalam truk pengankut dengan cara membuka pintu bukaan yang ada pada bagian bawah mixer dengan control hidrolik. 

Campuran aspal beton yang telah keluar dari mixer ini bersuhu ± 1500C dan setiap jamnya suhunya akan berkurang ± 2.5 - 50C. Alat mixer dapat dililat pada Gambar berikut


Gambar Mixer

12. Tenaga penggerak (genset).
Untuk menjalankan semua bagian-bagian atau komponen-komponen AMP sumber tenaga utamanya adalah generator set atau genset. Pada umumnya genset ini diputar oleh mesin diesel. Kekuatan atau kapasitas genset ini berkapasitas 250 KVA (Kilo Volt Ampere) cukup untuk melayani kebutuhan motor-motor listrik yang dipakai serta peralatan-peralatan lain yang memakai tenaga listrik dan untuk penerangan. Semua sambungan-sambungan aliran listrik harus tertutup untuk mencegah arus pendek serta untuk keamanan lingkungan. Genset yang dipergunakan pada unit Asphalt Mixing Plant dapat dilihat pada Gambar berikut:


Gambar Genset 

Gambar Proses produksi bahan jalan hotmix


Video Proses Asphalt Mixing Plant (AMP)

II. Aggregate Processing Plant (APP)
Aggregate processing plant adalah suatu bahan produksi yang di produksi oleh pabrik untuk sebagai bahan yang di butuhkan dalam pengerjaan proyek seperti agregat. Dalam kasus ini akan diproduksi batu kasar hingga batu halus untuk bahan pembuatan jalan. Dengan plant ini dapat diproses sesuai dengan jumlah yang akan kita butuhkan.

Proses pembuatannya menyerupai conveyor dengan mengalirkan batu yang akan diproses, kemudian akan dipecah kesetiap bagian masing-masing (batu halus, batu sedang, dan batu kasar). Jalur produksi dibagi menjadi 3 bagian tersebut. Dalam pengerjaan tersebut batu akan dipecah dengan blade yang ada di mesin. Blade tersebut ukuran dan ketajamannya disesuaikan dengan ukuran yang akan diproduksi.

Jenis-Jenis Agregat

Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya berupa hasil alam atau buatan (Departemen Pekerjaan Umum – Direktorat Jendral Bina Marga. 2010). 

Proporsi agregat kasar, agregat halus dan bahan pengisi (filler) didasarkan kepada spesifikasi dan gradasi yang tersedia. Jumlah agregat di dalam campuran aspal biasanya 90 sampai 95 persen, atau 75 sampai 85 persen dari volume. 

Berdasarkan ukuran butirannya agregat dapat dibedakan atas agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengisi (filler). Dengan pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi syarat akan sangat menentukan keberhasilan pembangunan jalan.

1. Agregat Kasar 
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan no.8 (2,36 mm). Agregat kasar untuk campuran aspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih, kuat, kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material asing lainnya serat mempunyai tekstur permukaan yang kasar dan tidak bulat agar dapat memberikan sifat interlocking yang baik dengan material yang lain. 

Fungsi agregat kasar adalah sebagai berikut : 
a) Memberikan stabilitas campuran dengan kondisi saling mengunci masing-masing agregat kasar, tahanan gesek terhadap suatu aksi perpindahan.
b) Stabilitas ditentukan oleh bentuk dan tekstur permukaan agregaat kasar. 
Agregat kasar pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Ketentuan agregat kasar
Sumber : Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborong) Untuk Kontrak Harga Satuan, Bab VII Spesifikasi Umum APBN TA 2011, Divisi 6 Perkerasan Aspal.

2. Agregat Halus
Agregat halus adalah material yang lolos saringan no.8 (2,36 mm) dan tertahan saringan no. 200 (0,075 mm). 
Fungsi agregat halus adalah sebagai berikut:  
a) Menambah stabilitas dari campuran dengan memperkokoh sifat saling mengunci dari agregat kasar dan juga untuk mengurangi rongga udara agregat kasar.
b) Semakin kasar tekstur permukaan agregat halus akan menambah stabilitas campuran dan menambah kekasaran permukaan.
c) Agregat halus pada #8 sampai #30 penting dalam memberikan kekasaran yang baik untuk kendaraan pada permukaan aspal.
d) Agregat halus pada #30 sampai #200 penting untuk menaikkan kadar aspal, akibatnya campuran akan lebih awet.
e) Keseimbangan proporsi penggunaan agregat kasar dan halus penting untuk memperoleh permukaan yang tidak licin dengan jumlah kadar aspal yang diinginkan. 
Agregat halus pada umumnya harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam Tabel 4. 

Tabel 4. Ketentuan agregat halus
Sumber : Dokumen Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan Konstruksi (Pemborong) Untuk Kontrak Harga Satuan, Bab VII Spesifikasi Umum APBN TA 2011, Divisi 6 Perkerasan Aspal.

3. Bahan Pengisi (Filler) Fungsinya adalah sebagai pengisi rongga udara pada material sehingga memperkaku lapisan aspal. 
Apabila campuran agregat kasar dan halus masih belum masuk dalam spesifikasi yang telah ditentukan, maka pada campuran Laston perlu ditambah dengan filler. Sebagai filler dapat digunakan debu batu kapur, debu dolomite atau semen Portland. 
Filler yang baik adalah yang tidak tercampur dengan kotoran atau bahan lain yang tidak dikehendaki dan dalam keadaan kering (kadar air maks 1%). Filler yang digunakan pada penelitian ini adalah semen Portland tipe 1 yang umum digunakan dalam berbagai pekerjaan kontruksi. 

Fungsi filler dalam campuran adalah: 
a) Untuk memodifikasi agregat halus sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang.
b) Filler dan aspal secara bersamaan akan membentuk suatu pasta yang akan membalut dan mengikat agregat halus untuk membentuk mortar.
c) Mengisi ruang antara agregat halus dan kasar serta meningkatkan kepadatan dan kestabilan.
Peralatan yang digunakan:
1. Mixer (baik tilt drum atau horizontal)
2. Cement batcher
3. Agregat batcher
4. Conveyor
5. Radial stackers
6. Aggregate bins
7. Cement bins
8. Heaters, Pemanas
9. Chillers, Pendingin
10. Cement silos
11. Batch plant controls
12. Dust collectors
Inti dari Batching Plant Beton adalah mixer, dan ada banyak jenis mixer dan peralatan seperti:
  • Twin Saft Mixer adalah mesin pengaduk yang dapat memastikan campuran beton dengan stabil karena mempunyai penggunaan motor tenaga kuda yang tinggi. Tipe ini lebih umum digunakan hampir setiap batching plant di Eropa.
  • Mixer tilt adalah mesin pengaduk yang menawarkan campuran adukan yang konsisten dengan tenaga kerja dan biaya perawatan yang jauh lebih sedikit. Di Amerika Utara, tipe mixer ini mendominasi setiap batching plant disana.
  • Mixer Pan atau Planetary alat pengaduk yang lebih sering digunakan untuk Wet Mix Plant.
  • Cement Silo berfungsi untuk tempat penyimpanan semen dan menjaga dari penyusutan kualitasnya. Biasanya 1 atau 2 kompartemen, namun kadang-kadang sampai 4 kompartemen dalam satu silo.
  • Conveyor biasanya antara lebar 24-48 inci dan membawa agregat dari gerbong tanah (bin) ke penyimpanan agregat (storage bin), dan juga dari batch agregat ke saluran muatan dan mesin pengaduk.
  • Agregat bins memiliki 2 sampai 6 kompartemen untuk penyimpanan berbagai ukuran pasir dan agregat (batuan, kerikil, dll).
Video Proses Aggregate Processing Plant (APP)

Jumat, 10 Juli 2020

Alat-alat yang digunakan untuk proses pelaksanaan perkerasan jalan

ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PROSES 
PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN



I. PENYIAPAN PERALATAN PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON

A. Identifikasi Peralatan Pelaksanaan
Untuk dapat mengidentifikasi jenis peralatan diperlukan data-data sebagai berikut: 
  • Jenis, volume pekerjaan beton, spesifikasi teknik, lokasi pekerjaan dan kondisi lapangan; 
  • Jadwal waktu yang disediakan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan pekerjaan beton semen; 
  • Metode kerja pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan;
Pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton memerlukan peralatan utama yang meliputi: 
  • Peralatan pencampur dan pengecoran beton (Batching Plant dan Truck Mixer / Dump Truck), 
  • Penghamparan dan pemadatan beton (Concrete Paver / Concrete Finisher), serta 
  • Peralatan penyelesaian akhir (finishing) permukaan beton (Texturing and Curing Machine).
Jenis-jenis peralatan utama yang akan diuraikan berikut ini:

1. Peralatan Pencampur (Batching Plant) dan Pengangkut Beton

Pembuatan campuran beton yang bermutu tinggi memerlukan perhatian yang sangat teliti pada setiap tahapan kegiatannya, mulai dari penetapan dan penakaran komposisi bahan pembentuk beton, pencampuran, sampai kepada pengangkutannya ke lokasi pengecoran. Pada umumnya, proses produksi campuran beton meliputi kegiatan–kegiatan sebagai berikut: 
Penakaran bahan-bahan beton; 
  • Pencampuran; 
  • Pengangkutan ke lokasi pengecoran; 
  • Penempatan / pengecoran; 
  • Pemadatan (konsolidasi); 
  • Perawatan (Curing); 
  • Penyelesaian akhir / Perapihan (Finishing).
Kegiatan penakaran bahan-bahan pembentuk beton dalam bahasa asing disebut batching. Penakaran dapat dilakukan berdasarkan berat maupun berdasarkan volume bahan tersebut. Tetapi, penakaran berdasarkan berat lebih umum dilakukan karena dipandang lebih praktis. Batcher equipment adalah kontainer yang berfungsi sebagai penampung dan untuk mengukur material beton sebelum dituangkan ke dalam Concrete Mixer. Untuk menentukan batcher yang harus digunakan, kapasitas batcher tersebut minimal 3 (tiga) kali kapasitas alat pencampur (concrete mixer). 

Peralatan pembuatan campuran beton yang ditempatkan secara terpusat dan biasanya mempunyai kapasitas tinggi, sehingga cocok untuk pekerjaanpekerjaan beton dengan volume besar, disebut Batching Plant.
Peralatan Batching Plant dengan alat pengangkut Dump Truck.

Peralatan Batching Plant dan alat pengangkut (Truck Mixer atau Agitator Truck Mixer) harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum. Kapasitas Batching Plant harus cukup besar untuk dapat memasok kebutuhan alat Slipform Concrete Paver sehingga alat penghampar tersebut dapat terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan campuran beton. Apabila di lapanganterjadi satu proyek menggunakan beberapa Batching Plant, bahkan dari beberapa perusahaan pemasok, maka diperlukan kecermatan yang lebih tinggi dari Pelaksana Lapangan yang bersangkutan untuk dapat mengendalikan mutu maupun jumlah campuran beton yang harus diterimanya agar tetap konsisten dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan.

Batching Plant jenis pan mixer dengan Truk Ready Mix.

2. Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver)

Mesin penghampar beton jenis ini merupakan satu unit mesin yang mempunyai fungsi menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju. Mesin jenis acuan bergerak (Slipform Concrete Paver) mempunyai lebar minimum 4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawler track), dilengkapi sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi (level control sensors) masing-masing di depan dan di belakang pada kedua sisi, dan sensor kelandaian – kemiringan (slope sensor). Semua sensor ini dikendalikan secara otomatis dengan komputer (computerized control).

Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Concrete Paver) yang banyak dipergunakan di Indonesia.
Prinsip kerja CONCRETE PAVER
Prinsip kerja Concrete Paver (jenis acuan bergerak) dan komponen-komponen mesin penghampar tipikal 

3. Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap (Fixform Concrete Finisher)

Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat digunakan alat berikut ini: 
1). Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines) Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa (finishing machines) harus dilengkapi dengan tranverse screeds yang dapat bergerak bolak-balik (oscillating type) atau alat lain yang serupa. 

2). Vibrator (Penggetar) Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple spuds. Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load transfer devices, subgrade dan acuan (form) samping. 

3). Acuan Acuan lurus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m, dan sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan plat beton perkerasan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari kedalamannya. 

Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang. 

Acuan harus dapat menahan segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa. Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. 

Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang bersambungan.
Mesin Penghampar Jenis Acuan Tetap Secara Mekanis (Fixform Concrete Finisher)

4 . Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton dan Perapihan Tepi

Setelah sambungan dan tepi perkerasan selesai, sebelum bahan perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan membuat tekstur permukaan pada arah melintang atau memanjang garis sumbu (centre line) jalan, yang dapat dilakukan dengan cara brushing atau grooving. 

Pembuatan tekstur permukaan jalan ini dimaksudkan untuk mencegah aquaplaning atau hydroplaning, yaitu fenomena tidak adanya kontak antara ban kendaraan dengan permukaan jalan pada waktu adanya lapisan air di permukaan jalan. Hal ini sangat berbahaya terutama pada lalu lintas dengan kecepatan tinggi, karena kendaraan menjadi tidak bisa dikendalikan. Dengan adanya tekstur permukaan jalan maka akan tersedia fasilitas drainase di bawah ban kendaraan. 

Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1 / 16 ” (1,5 mm). Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau mekanis, yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak antara 15 sampai 20 mm. 

Perapihan tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan dilakukan secara manual menggunakan alat khusus manual pada saat beton mulai mengeras, dengan membentuk tepian untuk membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu. bila tak ditentukan lain pada Gambar Rencana, ialah 12 mm. Perapihan dilakukan supaya ujung-ujung beton yang bersudut tidak mudah gompal.

Peralatan Pembuat Tekstur Permukaan Beton Secara Mekanis

5. Gergaji Beton

Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), maka harus disediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai untuk membentuk sambungan, Gergaji beton terdiri dari gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan, dan paling sedikit satu gergaji selalu siap dioperasikan (standby) dengan cadangan pisau gergaji secukupnya, serta fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam.

Gergaji Beton

B. Pemilihan Peralatan

Pemilihan Peralatan dilakukan terutama untuk peralatan utama. Untuk dapat memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan perkerasan jalan beton, Pelaksana Lapangan perlu mendapatkan datadata/informasi tentang : 
1. Owning Cost dan Operating Cost alat;
2. Uraian Analisa Alat;
3. Uraian Analisa Harga Satuan untuk seluruh item pekerjaan yang ada dalam berkas penawaran. 
Yang dimaksud dengan owning cost adalah biaya kepemilikan alat yang harus diperhitungkan selama alat yang bersangkutan dioperasikan, apabila alat tersebut milik sendiri.

Sedangkan untuk menghitung owning cost, harus diperhitungkan: 
  • Depresiasi, 
  • Suku bunga, 
  • Pajak, 
  • Asuransi, dan 
  • Biaya penyimpanan alat. 
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya operating cost alat ialah: 
  • Biaya bahan bakar, 
  • Biaya pelumas, 
  • Biaya perawatan, 
  • Biaya perbaikan, 
  • Biaya operator, dan 
  • Biaya pembantu operator; 
Hasil akhir dari uraian analisa alat-alat berat adalah biaya ”sewa” alat per jam kerja.

C. Penetapan Peralatan

Pada dasarnya, pilihan-pilihan pengadaan peralatan yang dapat ditetapkan oleh Kontraktor a.l. adalah: 
sewa (rental), investasi dalam bentuk beli langsung, atau investasi dalam bentuk sewa-beli (leasing). 

Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor dari alternatif sewa : 
  • Biaya yang dikeluarkan hanya sebatas sewa peralatan yang diperlukan saja. 
  • Tidak dibebani biaya mobilisasi. 
  • Tidak dibebani biaya demobilisasi. 
Sedangkan kerugian dari alternatif sewa : 
  • Belum tentu dapat memastikan bahwa penyewa dapat menguasai teknologi peralatan yang disewanya. 
  • Menyebabkan penyewa akan bergantung pada perusahaan sewa selama pengoperasian alat. 
  • Jika digunakan untuk jangka panjang akan menjadi mahal. 
Keuntungan yang diperoleh oleh Kontraktor dari alternatif beli langsung : 
  • Teknologi peralatan dapat dikuasai oleh Kontraktor. 
  • Untuk proyek jangka panjang biaya alat menjadi murah. 
  • Dapat memilih peralatan yang paling sesuai dengan rencana dan metode pelaksanaan yang direncanakan. 
Penyediaan peralatan dengan cara leasing mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 
  • Pengeluaran (modal investasi) tidak dibayarkan sekaligus, namun secara bertahap tergantung pada ketentuan dalam surat perjanjian. 
  • Meskipun lokasi pekerjaan/proyek jauh dari lokasi pelaksana pembelian, dengan cara leasing tidak perlu ada tambahan biaya untuk transportasi. 
  • Pada akhir masa pembayaran, maka peralatan belum menjadi milik penyewa karena masih harus diperhitungkan terlebih dahulu biaya-biaya pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pihak yang menyewakan.

II. PERALATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN

Pada saat pembangunan suatu proyek, selain diperlukan bahan bangunan berkualitas tinggi dibutuhkan juga adanya peralatan yang memadai, baik peralatan sederhana maupun alat berat yang diperlukan pada pelaksanaan proyek. Alat kerja ini diperlukan dapat memudahkan manusia. Penggunaan alat - alat tersebut dapat mendukung kelancaran dari pembangunan proyek tersebut dan meningkatkan efisiensi kerja dari para pekerjanya. Dalam menggunakan alat - alat kerja perlu ditinjau dari segi ekonomi apakah dalam pemakaian alat-alat kerja tersebut cukup menguntungkan jika dibandingkan dengan tenaga manusia.

Faktor - faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah alat kerja antara lain:

  1. Kondisi di lapangan.
  2. Biaya, waktu, dan pekerja yang tersedia.
  3. Kemampuan dan kapasitas alat.
  4. Kemampuan dan ketrampilan pekerja.
  5. Luas, tinggi, dan volume pekerjaan.
  6. Macam dan jenis pekerjaan di lapangan.
Jenis-jenis alat kerja yang digunakan pada proyek konstruksi jalan antara lain sebagai berikut:
1) Excavator
Excavator adalah alat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan tanah. Excavator ini memiliki lengan (arm) yang dapat berputar, sehingga dapat lebih mudah untuk menggali tanah dengan kedalaman tertentu.
Pada proyek konstruksi jalan, Excavator digunakan untuk menggali tanah dalam pekerjaan cut and fill lahan proyek, gambar excavator dapat dilihat pada Gambar 5.6.


excavator

Gambar 5.6.  Excavator

2) Dump Truck
Dump Truck adalah sebuah truk yang mempunyai bak material yang dapat di miringkan sehingga untuk menurunkan material hanya dengan memiringkan bak materialnya sehingga muatan akan dapat meluncur kebawah. Untuk memiringkan bak di gunakan oleh pompa hidrolik.
Pada proyek konstruksi jalan, Dump truk digunakan untuk mengangkut material seperti agregat pondasi kelas A, aspal, pasir dan material timbunan. Dump truck yang di pakai dalam proyek ini adalah dump truck merk Mitsubishi Fuso 220PS kapasitas . Alat angkut dump truck ini di datangkan langsung dari kontraktor pelaksana. Gambar dump truck dapat dilihat pada Gambar 5.7 dump truck Mitsubishi Fuso 220PS


dump truk

Gambar 5.7.  Dump truck

3) Water Tank Truck
Water tank truck digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat kelas A, setelah penghamparan material selesai kemudian di padatkan dan di siram air menggunakan water tank. Water tank yang di gunakan proyek ini memiliki kapasitas sebesar 5000 liter.
Pada proyek ini, water tank di datangkan langsung dari kontraktor. Berikut adalah alat untuk menyiram yaitu water tank dapat di lihat pada Gambar 5.8.


Truk Air

Gambar 5.8.  Water Tank Truck

4) Vibratory Roller

Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan. Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya dinamis terhadap tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat diantara butir-butirnya sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan yang lebih kompak.
Pada proyek ini, alat penggilas Vibratory roller yang digunakan adalah tipe HAMM 3410 dan di datangkan langsung dari kontraktor. Gambar alat berat Vibratory roller dapat di lihat pada Gambar 5.9 di bawah ini.


Alat pemadat-Vibratory roller

Gambar 5.9. Vibratory roller

5) Motor Grader
Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi sebagai alat perata atau penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan dan membentuk permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan menebarkan tanah dan campuran aspal.
Pada proyek ini motor grader yang digunakan adalah merk komatsu tipe GD 555 berjumlah 1 dan di pakai untuk menghamparkan material lapis pondasi agregat kelas A. Alat tersebut di datangkan langsung dari kontraktor pelaksana. Gambar alat berat motor grader dapat di lihat pada Gambar 5.10.


Motor Grader

Gambar 5.10. Motor Grader

6) Pneumatic Tire Roller
Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa (pneumatic) maka area pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-benda tajam yang dapat merusak roda. Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh roda bagian belakangnya. Alat ini baik sekali digunakan pada penggilasan bahan yang bergranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai “penggilas antara”. Pada pekerjaan proyek ini, alat berat pneumatic roller ini di pakai merk SAKAI TS-200 dengan jumlah 2 unit yang langsung di datangkan dari kontaktor. Gambar alat pemadat pneumatic tire roller dapat di lihat pada gambar 5.11.
pneumatic tire Roller

Gambar 5.11. Pneumatic tire Roller

7) Tandem roller
Tandem roller adalah alat penggilas atau pemadat terdiri atas berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing-masing rodanya, beratnya antara 8 - 14 ton, penambahan berat yang diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25% - 60% dari berat penggilas. Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan biasanya digunakan three axle tandem roller. Sebaiknya tandem roller jangan digunakan untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan merusak roda-roda penggilasnya. Pada proyek ini, alat penggilas tandem roller di datangkan langsung dari kontraktor. Gambar alat berat tandem roller dapat di lihat pada Gambar 5.12 di bawah ini.


Tandem Roller

Gambar 5.12. Tandem Roller

8) Asphalt finisher
Alat ini berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin pengolah aspal, serta meratakan lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher cukup besar sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke medan proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk kelabang atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang tidak beralas. Sedangkan di bawah hopper tersebut terdapat pisau yang juga selebar hopper. Pada saat proses penghamparan, awalnya dimulai dengan memasukkan aspal ke hopper. Kemudian aspal akan langsung turun ke permukaan dan disisir oleh pisau. Untuk mendapatkan tingkat kerataan yang diinginkan akan diatur oleh pisau tersebut.
Pada proyek ini, alat asphalt finisher yang digunakan merk NIGATA NFB6C dengan jumlah 1 unit. Alat tersebut di datangkan langsung dari kontraktor. Gambar asphalt finisher dapat di lihat pada Gambar 5.13.


Asphalt Finisher


Gambar 5.13.  Asphalt Finisher

9) Alat-Alat konvensional
Alat-alat konvensional adalah peralatan sederhana yang digunakan untuk membantu pekerjaan yang dilakukan oleh para tukang. Alat-alat konvensional tersebut seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan lainnya. Gambar alat-alat konvensional dapat dilihat pada Gambar 5.14.


Alat-alat Konvensional


Gambar 5.14. Alat-alat Konvensional

10) Termometer Iframerah
Termometer inframerah adalah alat untuk mendeteksi temperatur secara optik—selama objek diamati, radiasi energi sinar inframerah diukur, dan disajikan sebagai suhu. Alat ini menawarkan metode pengukuran suhu yang cepat dan akurat dengan objek dari kejauhan dan tanpa disentuh – situasi ideal di mana objek bergerak cepat, jauh letaknya, sangat panas, berada di lingkungan yang bahaya, dan/atau adanya kebutuhan menghindari kontaminasi objek (seperti makanan, alat medis, obat-obatan, produk atau test, dll.)
Pada proyek ini, alat termometer iframerah digunakan untuk mengukur suhu dari beton aspal yang di angkut oleh dump truck dan juga mengukur suhu dari beton aspal saat penghamparan beton aspal hotmix dengan menggunakan alat asphalt finisher.


Termometer inframerah


Gambar 5.15. Termometer inframerah

11) Aspal Distributor
Aspal distributor adalah truk yang dilengkapi dengan tangki aspal, pompa, dan batang penyemprot. Pada proyek ini, aspal distributor di datangkan langsung dari kontraktor. Bentuk aspal distributor diperlihatkan pada Gambar 5.16.


Aspal distributor


Gambar 5.16. Aspal distributor
12) Alat Core Drill
Core Drill adalah alat yang digunakan untuk menentukan/mengambil sample perkerasan dilapangan sehingga bisa diketahui tebal perkerasannya serta untuk mengetahui karakteristik campuran perkerasan.
Pada proyek ini, alat core drill di datangkan dari pihak kontraktor. Bentuk alat core drill dapat dilihat pada gambar 5.17.

 Core Drill test

Gambar 5.17. Alat Core Drill

13) Alat Sand cone
Alat Sand cone adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan kepadatan tanah di lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan yang mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga dapat mengalir bebas. Pada proyek ini, alat sand cone di datangkan langsung dari laboratorium milik kontraktor. Gambar alat sand cone dapat dilihat pada gambar 5.18.


Sand cone


Gambar 5.18. Alat Sand cone
14) Alat CBR
Alat CBR (California Bearing Ratio) adalah alat yang digunakan untuk menentukan tebal suatu bagian perkerasan. Alat CBR merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan (test load) dengan beban standar (standart load) dan dinyatakan dalam presentase. Alat CBR Lapangan yang di gunakan pada proyek ini, di datangkan dari kontraktor.
Alat CBR

Gambar 5.19. Alat CBR


Sumber: