Minggu, 21 Juni 2020

ASPAL



1. Jenis-jenis Aspal
Aspal minyak (disebut juga aspal semen, aspal keras, bitumen,atau aspal baku) adalah kumpulan bahan-bahan tersisa dari proses destilasi minyak bumi, sisa produk kilang minyak, Selain aspal minyak kita mengenal juga aspal alam, contohnya “Trinidad Lake Asphalt”,dan juga di pulau Butonada aspal alam Kabungka dan aspal alam Lawele, demikian juga di beberapa tempat di Indonesia maupun di Kanada. Kita juga mengenal aspal olahan seperti Aspal Semen, Aspal Emulsi, Aspal Cair, Aspal Modifikasi dan sebagainya.

1) Aspal Minyak

Aspal Minyak merupakan hasil destilasio minyak bumi

Berdasarkan jenis bahan dasarnya

1. Asphaltic base crude oil

2. Bahan dasar dominan aspaltic

3. Parafin base crude oil

4. Bahan dasar dominan parafin

5. Mixed base crude oil

6. Bahan dasar campuran asphaltic dan parafin

Aspal minyak adalah bahan tersisa yang dianggap sudah sudah tidak lagibisa diproses secara ekonomi dari proses destilasi minyak bumi di pabrikkilang minyak. Bahan tersebut kita kenal dalam tiga kelas Penetrasi yaitu Pen 40/50, Pen 80/70 dan Pen 80/100.Semakin rendah angka penetrasi maka akan semakin keras wujud aspal, semakin susah cara penanganannya karena diperlukan suhu lebih tinggi agar aspal menjadi lunak atau cair. Sebaliknya semakin tinggi angka penetrasi maka aspal akan mudah encer, mudah dikerjakan, tetapi terancam sulit untuk mencapai kestabilan campuran aspal, terutama pada iklim panas sepertidi Indonesia, karena aspal cenderung melunak pada suhu udara tinggi.Pengerjaan aspal umumnya memerlukan pemanasan pada suhu sekitar1100-1700C supaya aspal menjadi encer sehingga mudah untuk dipompa,dipindahkan dan dicampur dengan agregat ataupun dipadatkan. Kalau aspal dipanaskan berkali-kalidan dalam waktu lama,maka banyak minyak aromatik yang menguap sehingga aspal mengeras, artinya angka penetrasinya menurun. Aspal dengan penetrasi rendahakan gampang kena oksidasi sehingga menjadi getas, kehilangan daya lengketnya,akibatnya lapis aspal akan terburai atau lepas butir. Karena itu diIndonesia ditetapkan bahwa angka terendah untuk penetrasi bahan aspal adalah 50 (Spesifikasi Bina Marga sejak tahun 2003). Aspal yang diolahmenjadi campuran beraspalakan mengalami oksidasi akibat sinar matahari dan mencapai penetrasi 25, yaitu batas terendah penetrasisebelum terburai.


Pada wilayah yang belum berkembang, jalan masih sepi lalu lintas,panjang jalan masih sedikit, beban sumbu kendaraan belum berat, kitamengenal cara pelaksanaan pekerjaan lapis perkerasan denganMetodaSurface Dressing (Burtu/Burda) danMetoda Penetrasi Macadam.Aspal dengan angka penetrasi rendah (pen 40/50) sangat sesuai denganmetode ini dan pekerjaannya dilaksanakan secarapadat karya, dimanaaspal dipasok dengan drum-drum yang berfungsi sekaligus sebagai“storage tank”. Pemanasan cukupmemakai kayu bakar dipinggir jalan,dan ketika aspal panas tersebut dikucurkan ke permukaan lapis batuanyang telah dipadatkan setengah jadi (lapisan masih berongga besar),maka aspal 40/50 (penetrasi rendah, aspal keras) akan cepat mengering,cepatdingin dan mengental.Aspal tidak akan “drain off” (mengalirkebawah). Sangat sesuai, karena aspal tersebut diperlukannya diataspermukaan, untuk menutup rongga agar tidak tembus air.Sebaliknya untuk membuatBeton aspal sebisa mungkin menggunakanaspaldengan penetrasi tinggi (aspal lunak)karena proses pencampurandan pengangkutan memerlukan waktu lama, yang menyebabkanmenguapnya minyak-minyak alami dan mengakibatkan aspal kering dankehilangan daya lengketnya. Hot Rolled Sheet (HRS) pada tahun 80-an pernah menggunakan aspal pen 80/100, menggunakan gradasi senjanguntuk membentuk rongga antar butir (void) yang lebih besar, banyakbutir kecil sehingga membantu menahan aspal pada matrixnya, karena itukadar aspaldalamcampuran HRS biasanya>7% (beton aspal jenis lainumumnya berkisar hanya 5,3–5,8%). Peningkatan kadar aspal pada HRSagar lapis perkerasan tidak mudah retak (karena lebih lentur), permukaanlebih kedap, tidak mudah retak, tidak mudah berlubang. Kelemahannyaadalah terlalu lunak dan lentursehingga mudah bergelombang. Biladalam kecepatan tinggi, mobil akan bergetar dan mudah lepas kendali.Dengan pengalaman tersebut diatas, maka dipilihlah aspal minyak denganangka penetrasi 60/70 sebagai bahan perkerasan beraspal.Di negara lainselain kelas Penetrasi dikenal jugakelas Viskositas, diAustralia dikenal AC-2,5, AC-5 dst. Ada jugakelas Performance Grade,misalnya yang dikaitkan dengan ketahanannya terhadap suhu, PG 64-10,PG 70-20 dst.

2) Aspal Emulsi

Aspal emulsi adalah campuran aspal dengan air (60-70%) dalam bentukemulsi,sehingga molekul-molekul aspal melayang di dalam air. Hal ini dimungkinkan karena adanya bahan tambah bersifatkatalis.Pencampuran aspal dengan air dan katalis tadi dilewatkan mesin colloidmill. Saat aspal emulsi disimpan lama (sekitar 3 bulan) maka emulsibisa terlepas (break) dan aspal mengendap ke dasar kontainer/drum.Agar ikatan emulsi terbentuk lagi, cukup digoyang goyang ataudigelinding-gelindingkan. Penggunaan aspal emulsi yang paling baikadalah sudah digunakan sebelum terlepas ikatan emulsinya.Penggunaan aspal emulsi biasanya pada hal-hal sebagai berikut:
a.Untuk lapis beton aspal campuran dingin misalnyapada daerah yangbelum punya AMP tetapi ingin kualitas jalannya setara dengan aspalbeton aspal), pada lokasi yang tidak boleh ada api terbuka misalnyawilayah pemboran minyak, komplek penyimpanan bahan bakar,

b.Untuk lapis Tack coat, Prime coat atau campuran untuk bahan“tambal siap pakai”.Sebagai gambaran dilampirkan dibawah iniTabel takaran penggunaan Aspal cair dan aspal Emulsi sebagai LapisPerekat (Spesifikasi Umum Ditjen Bina Marga tahun 2006):


Tahun 1993 pernah dicoba pemakaian aspal emulsi untuk beton aspalcampuran dingin dengan tebal 0,8 cm yang menggunakan mesinpenggetar khusus (teknologi dari Spanyol), disebut teknologi lapis tipisMacroseal(secara generik dikenal sebagai teknologislurry seal). Lapistipis ini dimaksudkan sebagai lapis pelindung untuk menahan air danmeningkatkan kekesatan permukaan jalan (misalnya pada permukaanperkerasan kaku yang sudah licin, daripada melakukanre-groovingyangdianggap terlalu lambat dan mahal).

aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dandigunakan dalam kondisi dingin dan cair
*) Aspal emulsi adlah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi


*) Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik (Elektrolit), (+) Cation ; (-) Annion
*) Emulsifer agent berfungsi sebagai stabilisator
*) Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel aspal diberi muatan listrik


*) Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
1. Kationik,
disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus listrik posirif
2. Anionik,
disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan negatif
3. Nonionik,
merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak mengantarkan listrik.
*) Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi anionik dan kationik.
*) Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan untuk
Tack Coat
- Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap, Digunakan Sebagai Prime coat.


3) Aspal Busa (foamed asphalt)

Adalah aspal panas yang dicampurkan dengan air secara mendadaksehingga aspal berbusa dan seketikamenjadi semacam emulsi yangdapat dimanfaatkan keencerannya untuk membentuk lapis tipis aspalyang menyelimuti agregat. Aspal busa ini kita kenal sebagai bagian dariproses Recycling beton aspal yang dilakukan di ebagian ruas permukaanjalan di Pantura.


4) Cutback asphalt

Adalah aspal yang dicairkan dengan cara ditambah pelarut dari keluargahidrokarbon (minyak tanah/kerosin, bensin, solar). Untuk Primecoat danTackcoat digunakan jenis Rapi Curing (RC), Medium Curing (MC) atauSlow Curing (SC).Saat ini,aspal Emulsi mulai digunakan sebagaiTackcoat karena aspal Cutback yang dicampur bensin seringmenimbulkan kebakaran,demikian jugabilamenggunakanpelarutkeroseneatau solarsering tidak sempat menguap,sehinggaketikacampuran beton aspal harus digelardiatasnya,aspal betonterkontaminasi pelarutyang mengakibatkan aspal beton menjadi lunakdan pada akhirnyamenimbulkanproblemperubahan bentuk (deformasi,bleeding, licin).


5) Aspal Modifikasi

Nama lain dari Aspal Modifikasi adalah Polymer Modified Asphalt (PMA)atau Polymer Modified Bitumen (PMB), ini adalah aspal minyak ditambahdengan bahan tambah (additive) agar meningkat kinerjanyanya, yaituaspal yang tahan beban dan tahan lama (awet).Di Indonesia,kesadaran untuk menggunakanaspal modifikasi karena diperlukanhal-halsebagai berikut :

a) aspal yang lebih tahan panas (menaikkan titik lembek),digunakanaditif berbasis plastomer, elastomer, selulosa, filler atau penambahanasphalten seperti asbuton, gilsonite, Trinidad asphalt, atau aditifkhusus dengan sifat beragam (jenis jenis polimer tertentu). Aspalpolimer biasanya merupakan produk hilir dari pabrik kilang minyak.

b) aspal yanglebih lengket(menaikkanadhesi) agar agregat tidakmudah terburai,digunakan aditif yang bersifatlengket dan lentur yaituaditif yang berbasis karet.

c) aspal yanglebih tahan ultra violetagar tidak mudah menua(ageing).

Sebagai gambaran, di pasar kita mengenal Aspal modifikasi yangtelahdijual di Indonesia (dan ini sudahsejak tahun 1996) seperti : HighBonding Asphalt, Mexphalt, Cariphalt, Bituplus, Superfleks, Superphalt,Starbit, Aspal Prima 50, Retona dsb.

6) Aspal Buton (asbuton)

Adalah aspal alam yang terdapat di pulau Buton, berupa batuan yang mengandung aspal (rock asphalt)yang ditemukansejak tahun 1920,dengan cadangan lebih dari 600 juta ton, terbesar didunia. Ada dua lokasitambang di Buton, yaitu di Kabungka dan Lawele. Perbedaan aspal Kabungka dan aspal Lawele adalah sebagai berikut :

a) Aspal Buton Kabungka, batuan induknya adalah batu kapur,danaspalnyameresap kedalam pori-pori batuan sebesar 12-20%, karenaitu penambangannya menggunakan bahan peledak. Batuan dipecahmenjadi kecil-kecil denganmesin pemecah batu (stone crusher).Aspal alam Kabungka yang dalam bentuk curah dikirim dengan tongkang dan dump truckke proyek yang akan memanfaatkannya.Selanjutnyaproses pengaktifan aspal adalah dengan mencampur aspal curah tersebut denganmodifier (minyak pelarut khusus) dengan tujuan menjemput aspal alamKabungka dari cangkangnyamelalui pemeraman selama 2–5 hari. Hasil dari pemeraman tersebutadalah makaterjadilah mastik yang siap dicampur dengan agregatmenjadi campuran aspal yang siap gelar.

b) Aspal Buton Lawele,batuan induknya adalah batuan Silika,dimanaaspalnya tidak meresap tetapi menempel di batuan sebanyak 20-35%, sehingga lebih mudah diaktifkan (tidak perlu pemeramanseperti pada proses pengaktifan aspal di aspal Kabungka). Kesulitanpenanganan aspal Buton Lawele justru terletak pada kelengketannyayang terlalu tinggi (bergumpal-gumpal) sehingga susah untuk ditakarmenurut jumlah yang dibutuhkan


2. Bahan-bahan Susun Aspal


Bahan Susun Campuran AC-WC
Secara umum bahan susun Beton Aspal terdiri atas:

1. Agregat
Agregat merupakan sekumpulan butiran batu pecah, kerikil, pasir ataupun komposisi mineral lainnya, baik hasil alam (natural aggregate), hasil olahan (manufacture aggregate) maupun hasil buatan (synthetic aggregate) yang digunakan sebagai bahan penyusun perkerasan jalan.
Menurut Asphalt Institute (2001) agregat adalah suatu mineral padat dan keras yang digunakan pada campuran aspal panas, yang dapat berupa pasir, kerikil batu pecah, slag dan debu batu. Agregat adalah 90-95% berdasarkan berat dan 75-85% berdasarkan volume dari sebagian besar campuran aspal panas. Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan tergantung dari sifat agregat dan hasil pencampuran agregat dengan aspal.

Jenis agregat menurut ukuran butirnya diklasifikasikan sebagi berikut:
1. Agregat kasar, batuan yang tertahan saringan Nomor 8 (2,36 mm)
2. Agregat halus, batuan yang lolos saringan Nomor 8 (2,36 mm) dan tertahan saringan Nomor 30 (0,6 mm)
3. Bahan pengisi (filler), batuan lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)
Bahan pengisi (filler) adalah kumpulan mineral agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) digunakan untuk mengisi rongga di antarapartikel bahan susun lapis keras. Menurut Bina Marga (1987), filler adalah bahan berbutir halus yang lolos saringan Nomor 30 (0,6 mm) dimana prosentase berat butir yang lolos saringan Nomor 200 minimum 65%.

Secara umum, syarat agregat dapat digunakan sebagai bahan jalan yaitu:
a. Tahan lama (durable-resistance to abrasive), batuan harus mempunyai kualitas yang cukup tahan terhadap pemecahan degradasi (timbulnya bahan-bahan halus yang besarnya lolos saringan #100 dan tertahan #200 yang disebabkan oleh adanya gaya-gaya mekanis (lalulintas) atau gaya yang berlebihan sebelum dilakukan mixing atau pencampuran) dan disintegrasi (pemecahan atau pemisahan partikel-partikel batuan yang disebabkan karena gaya-gaya kimia).
b. Kekuatan dan kekerasan agregat harus tahan terhadap keausan dan degradasi sehingga dapat memberikan kekuatan dukung campuran sebagai lapis permukaan.
c. Tahan terhadap stripping (pengelupasan permukaan batuan), yaitu dituntut mempunyai adhesi yang baik dengan bahan ikatnya dan juga permukaan agregat yang bersih.
d. Harus memiliki tahanan terhadap polishing agar dapat menyediakan koefisien gesek yang cukup dan dapat bertahan lama.
e. Harus memiliki ketahanan terhadap cuaca, antara lain perubahan suhu, air dan kembang susut.
f. Bentuk partikel yang menyudut (angular) akan mempunyai angka gesek yang lebih besar sehingga akan meningkatkan stabilitas campuran.
g. Tekstur permukaan yang kesat dan kasar memberkan gaya gesek yang lebih besar sehingga akan meningkatkan stabilitas campuran.

2. Aspal
Aspal merupakan campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral yang berwarna cokelat hingga hitam, keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik, larut dalam lauran CS2, CCl4 maupun CHCl3 dengan sempurna serta mempunyai sifat berlemak dan tidak larut dalam air (Krebs and Walker, 1971).
Aspal didapatkan dengan proses proses destilasi minyak mentah denagn keadaan vakum udara pada suhu sekitar 480 C (900 F). temperature yang digunakan dapat berbeda tergantung dari jenis minyak mentah yang digunakan atau jenis aspal yang diproduksi.
Komposisi aspal terdiri dari 4 golongan senyawa kimia, yaitu asphaltenes, resins, aromatic dan saturates yang selanjutnya gabungan antara resins, aromatic dan saturates sering disebut kelompok maltenes. Kadar kelompok-kelompok kimia tersebut berbeda-beda sesuai dengan nilai penetrasi aspal.
Aspal pada konstruksi perkerasan jalan digunakan sebagai pengikat dan pengisi antar agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak dan sebagai pelindung dari air, selain itu sebagai bahan pengikat yang memberikan ikatan yang kuat antar aspal dan agregat dan antar aspal itu sendiri. Karena fungsinya yang vital, maka aspal harus mempunyai daya tahan terhadap cuaca, mempunai adhesi, kohesi dan memberikan sifat elastic yang tinggi.

Beberapa persyaratan aspal sebagai bahan jalan adalah:
a. Kekakuan (stiffness), dalam hal ini aspal harus memiliki kekakuan atau kekerasan yang cukup agar cukup dapat mempertahankan bentuknya.
b. Mudah dikerjakan (workability)
Workability yang cukup akan memudahkan pelaksanaan penggelaran bahan dan juga dalam pemadatannya untuk memperoleh lapis yang pada dan kompak.
c. Kuat tarik (tensil strength) dan adhesi (adhesion)
Kuat tarik dan adhesi yang cukup sangat diperlukan agar lapis perkerasan yang dibuat akan tahan terhadap retak (cracking) yang ditambah oleh kuat tarik, pengulitan (stripping) yang ditahan oleh adhesi, goyah (raveling) yang ditahan oelh kuat tarik atau adhesi.
d. Tahan terhadap cuaca
Kondisi perkerasan jalan yang mengalami perubahan cuaca mengharuskan aspal mempunyai sifat ini sehingga dapat memenuhi kebutuhan lalulintas serta tahan lama.
Sifat aspal yang dominan pada perilaku lapisan aspal keras jalan adalah termoplastis dan sifat keawetan (durability). Sifat termoplastis, yaitu jika dipanaskan akan melembek dan dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus partikel atau agregat selama proses pembuatan aspal campuran panas. Sedangkan sifat keawetan, yaitu kemampuan aspal mempertahankan sifat aspalnya akibatnya proses pelaksanaan konstruksi, pengaruh cuaca dan beban lalulintas pada masa pelayanan.
Dalam kaitannya sebagai unsur hidrokarbon yang sangat kompleks, setiap sumber minyak bumi menghasilkan molekul aspal yang berbeda-beda sifat fisiknya sehingga perlu adanya pemeriksaaan laboratorium untuk setiap aspal yang akan digunakan. Hasil pengujian laboratorium tersebut harus memenuhi spesifikasi sifat fisik aspal yang telah ditetapkan. Penambahan additive pun mempengaruhi sifat fisik aspal, dimana tujuan dari penambahan additive ini adalah utnuk meningkatkan kualitas aspal.
Pengujian yang dilakukan terhadap sifat fisik aspal antara lain sebagai berikut:
a. Penetrasi (penetration)
Pengujian penetrasi aspal adalah untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal. Nilai penetrasi yang besar menunjukkan aspal yang lunak dan sebaliknya nilai penetrasi yang kecil menunjukkan aspal yang keras. Pengujian penetrasi juga dilakukan setelah adanya kehilangan berat. Hubungan nilai penetrasi dalam pelaksanaan terkait dengan suhu perkerasan, lokasi penggunaan aspal, jenis konstruksi dan kepadatan lalu lintas.
b. Titik lembek aspal (softening point)
Pengujian ini merupakan indicator kepekaan aspal terhadap temperature. Titik lembek merupakan suhu pada saat aspal menjadi lembek karena pembebanan dan kecepatan pembebanan tertentu. Aspal dengan titik lembek yang rendah menunjukkan aspal tersebut sanagt peka terhadap pengaruh suhu sehingga aspal tersebut kurang baik jika digunakan.
c. Titik nyala (flash point)
Titik nyala adalah suhu diaman pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan aspal. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui temperature maksimum pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar.
d. Kehilangan berat (lost in heating)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui pengurangan berat aspal akibat penguapan bahan-bahan yang mudah menguap dalam aspal. Penurunan berat yang besar menunjukkan banyaknya bahan yang hilang karena penguapan sehingga aspal akan cepat mengeras dan menjadi rapuh.
e. Kelarutan dalam CCl4 (solubility)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kemurnian aspal. Jika semua bitumen yang diuji larut dalam karbon tetra klorida (CCl4) maak bitumen tersebut murni.
f. Daktilitas (ductility)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui sifat kohesi dalam aspal itu sendiri dan juga sifat elastisitas dari aspal. Untuk dapat mengetahui perubahan suhu perkerasan, aspal mempunyai daktilitas yang tinggi, namun jika terlalu tinggi akan memberikan performance yang kurang baik.
g. Berat jenis (specific gravity)
Berat jenis aspal meruapakn perbandingan berat aspal dan berat air pada volume yang sama dan pada suhu tertentu. Berat jenis aspal diperlukan untuk perhitungan analisa campuran.
h. Viskositas (viscosity)
Pemeriksaan viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan aspal. Viskositas aspal erat kaitannya dengan kemudahan pengerjaan aspal dalam proses pencampuran atau penyemprotan serta memaksimalkan pemadatan. Dari hasil pemeriksaan akan diperoleh temperature untuk kekentalan aspal yang paling baik dalam proses pencampuran dan penyemprotan.


3. Proses Terjadinya Aspal


Sebagian besar dari aspal yang digunakan secara komersial diperoleh dari minyak bumi. Meskipun demikian, sejumlah besar aspal terjadi dalam bentuk terkonsentrasi di alam. Alami deposito aspal / bitumen terbentuk dari sisa-sisa kuno, mikroskopis ganggang ( diatom ) dan hal-hal sekali-hidup lainnya. Sisa-sisa tersebut disimpan di lumpur di dasar laut atau danau di mana organisme hidup. Di bawah panas (di atas 50 ° C) dan tekanan dari pemakaman jauh di dalam bumi, sisa-sisa diubah menjadi bahan seperti aspal / bitumen, kerogen , atau minyak bumi.
Deposito alami aspal / bitumen termasuk danau seperti Danau pitch di Trinidad dan Tobago dan Danau Bermudez di Venezuela. Alami merembes dari aspal / bitumen terjadi di La Brea Tar Pits dan di Laut Mati .
Aspal / bitumen juga terjadi di batupasir yang tidak terkonsolidasi dikenal sebagai “pasir minyak” di Alberta, Kanada, dan sejenisnya “tar pasir” di Utah, AS. Provinsi Kanada Alberta memiliki sebagian dari cadangan dunia aspal alam, dalam tiga deposito besar yang meliputi 142.000 kilometer persegi (55.000 sq mi), area yang lebih besar dari Inggris atau negara bagian New York . Ini pasir bituminous berisi 166 miliar barel (26,4 × 10 9 m 3) cadangan minyak komersial didirikan, memberikan Kanada terbesar ketiga cadangan minyak di dunia. dan menghasilkan lebih dari 2,3 juta barel per hari (370 × 10 3 m 3 / d) dari minyak mentah berat dan minyak mentah sintetis . Meskipun secara historis itu digunakan tanpa pemurnian untuk membuka jalan, hampir semua aspal sekarang digunakan sebagai bahan baku untuk kilang minyak di Kanada dan Amerika Serikat.
Deposit terbesar di dunia aspal alam, yang dikenal sebagai pasir minyak Athabasca terletak di Formasi McMurray dari Northern Alberta. Formasi ini dari awal Cretaceous , dan terdiri dari berbagai lensa pasir minyak bearing dengan minyak hingga 20%. Studi isotop atribut deposito minyak menjadi sekitar 110 juta tahun. Dua kecil tapi masih formasi yang sangat besar terjadi di pasir minyak Peace River dan pasir minyak Danau Dingin , di sebelah barat dan tenggara dari pasir minyak Athabasca, masing-masing. Aspal deposito Alberta, hanya bagian dari pasir minyak Athabasca cukup dangkal cocok untuk pertambangan permukaan. 80% lainnya harus diproduksi oleh sumur minyak menggunakan enhanced oil recovery teknik seperti drainase gravitasi uap dibantu .
Minyak berat atau aspal deposito jauh lebih kecil juga terjadi di Uinta Basin di Utah, AS. kira-kira 6% aspal.
Aspal / bitumen terjadi di pembuluh darah hidrotermal . Contoh dari ini adalah dalam Uinta Basin dari Utah, di Amerika Serikat, di mana ada segerombolan lateral dan vertikal vena yang luas terdiri dari hidrokarbon padat disebut Gilsonite . Vena ini dibentuk oleh polimerisasi dan pemadatan hidrokarbon yang dimobilisasi dari serpih minyak yang lebih dalam dari Formasi Green River selama penguburan dan diagenesis.
Aspal / bitumen mirip dengan bahan organik di meteorit karbon. Namun, studi rinci telah menunjukkan bahan-bahan tersebut menjadi berbeda. Sumber daya yang luas Alberta aspal diyakini telah dimulai sebagai bahan hidup dari tanaman dan hewan laut , terutama ganggang, yang mati jutaan tahun yang lalu ketika sebuah laut kuno tertutup Alberta. Mereka tertutup oleh lumpur, dikubur dalam selama ribuan tahun, dan dengan lembut dimasak dalam minyak dengan panas bumi pada suhu 50 sampai 150 ° C (120-300 ° F). Karena tekanan dari meningkatnya dari Rocky Mountains di barat daya Alberta, 80-55000000 tahun yang lalu, minyak didorong timur laut ratusan kilometer ke deposito pasir bawah tanah yang ditinggalkan oleh dasar sungai kuno dan pantai laut, sehingga membentuk pasir minyak.




Sumber:
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/50842_3._Bahan_Aspal_Untuk_Perkerasan_Lentur.pdf
http://civilkitau.blogspot.com/2014/03/jenis-jenis-aspal.html
http://coratcoretapaaja.blogspot.com/2012/04/bahan-susun-campuran-asphaltic-concrete.html
https://bisakimia.com/2016/07/31/proses-terjadinya-aspal/
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar